Sabtu, 13 Juli 2019

Tentang Tilawah

*Sebenarnya, Kita Tak (Terlalu) Sibuk*

Kadang, berat rasanya menyelesaikan tilawah Al-Qur'an hingga 1 juz setiap harinya.

Kebiasaan buru-buru berangkat ke kantor di kala mentari belum sepenuhnya nampak, menjadi alasan klasik untuk menunda membaca Al Qur'an. Padahal, ada berlapis keberkahan pada waktu pagi.

Dan, petang menuju malam, menjadi puncak kelelahan. Mata pun tak kuasa menahan kelopaknya.

Kita lalu melewati hari menuju mati, tanpa amal berarti.

Karena sedikitnya tilawah Al-Qur'an, semakin hari hati tak lagi berseri. Belum mati. Hanya rasa iri kepada Ahlul Qur'an, menjadi berkurang.

Hari ini, sebenarnya kita tak (terlalu) sibuk. Kita (mungkin) salah mengukur kesibukan.

Pada urusan dunia yang menyita energi, kita habis-habisan memberi.

Hari ini, sebenarnya kita tak (terlalu) sibuk. Kita (mungkin) salah mengukur kesibukan.

Sibuk kerja sana sini. Sibuk kegiatan ini itu. Sibuk seakan penuh agenda.

Lalu, kita teringat pada nasihat apik dari Nabi dalam kitab Al Mughni.

_Dimakruhkan mengkhatamkan Al Quran melebihi 40 hari, karena Nabi ﷺ pernah ditanya oleh Abdullah bin Amr tentang berapa lama Anda mengkhatamkan Al Quran?  Nabi menjawab: “40 hari.” Lalu katanya: sebulan. Lalu katanya: “20 hari.” Lalu katanya: 15 hari, lalu sepuluh hari, lalu tujuh hari dan tidak kurang dari itu. (HR. Abu Daud)_

 _Ahmad berkata: “Yang aku dengar tentang khatam Al Quran paling  lama adalah 40 hari, sebab jika lewat dari itu maka mengakibatkan dia lupa terhadap Al Quran dan menyepelekannya.  Ini terjadi jika dalam keadaan tidak ada halangan (udzur), jika ada udzur maka masalah ini luas saja. (Imam Ibnu Qudamah, Al Mughni, 1/839)_

Sebenarnya, kita tak (terlalu) sibuk, untuk hanya sekedar membaca Al Qur'an sehari satu juz atau mengkhatamkannya tak lebih dari 40 hari.

Semoga Allah kuatkan kita untuk bahagia bersama Al Qur'an.

Di dalam KRL Palmerah-Sudimara, 12 Juli 2019
*Chairul Saleh*
WAG Sahabat Depok 13 Juli 2019 06:08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar