Sejak dahulu kita sudah sangat meyakini bahwasannya setan-setan itu dibelenggu saat Bulan Ramadhan tiba. Hal itu tak lain karena disebutkan dalam sebuah hadits :
“إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ”.رواه والبخاري (رقم 1799) ومسلم (رقم 1079) عن أبى هريرة.
“Jika telah datang Bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu nekara ditutup dan setan-setan dibelenggu”. HR. Imam Bukhari no. 1799 & Imam Muslim no. 1079 dari Abu Hurairah
Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi no. 682, Imam IbnuMajah no. 1642, Imam IbnuHibban no. 3435, Imam Hakim no. 1532, Imam Abu Nu’aimdalam Al-Hilyah, Imam BaihaqydalamSyu’ab Al-Iman no. 3598 dan As-Sunan Al-Kubro no. 4248 dengan redaksi sebagai berikut :
“إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَاد ٍكَلَّ لَيْلَةٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ”.
“Apabila telah (masuk) malam pertama Ramadhan, maka setan-setan dan jin penggoda dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup hingga tak satupun pintunya yang dibuka, pintu-pintu surge dibuka hingga tak satupun pintunya yang ditutup. Dan setiap malam ada yang berseru :Wahai pencari kebaikan bergegaslah, wahai pencari keburukan berhentilah. Dan Allah mempunyai orang-orang yang dilepaskan dari neraka setiap malamnya (di bulanRamadhan).
Namun ketika dihadapkan padakenyataan bahwasannya maksiat masih saja kita saksikan terus dikerjakan oleh banyak orang, apakah lantas setan-setan masih berkeliaran?
Sebagian Ulama menyatakan bahwasannya setan-setan itu tetap masih dibelenggu, hanya saja Hawa Nafsulah yang mengajak orang-orang untuk bermaksiat di bulan Ramadhan. Sebab, datangnya maksiat itu bukan dari setan semata tapi ada unsure campur tangan Hawa Nafsu pula.Yah, HawaNafsu yang sebelumnya sudah tertaklukkan oleh setan serta mengikuti semua ajakannya. Lantas, ketika setan-setan terbelenggu maka Hawa Nafsulah yang bertindak menguasai manusia untuk berbuat maksiat.
Namunsayangnya, ketika hadits tentang“Dibelenggunya Setan”ini dihadapkan pada hadits tentang menguap, saya sempat bertanya-tanya dan mencari jawabannya.Yaitu hadits :
“التَّثَاؤُبُ مِنَ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَانُ”. رواه البخاري (رقم 3115) ومسلم (رقم 2994) عن أبى هريرة.
“Menguap itu dari setan, jika kalian hendak menguap maka cegahlah sebisa mungkin, sebab jika kalian berkata “Ha..” maka setan akan tertawa”. HR. Imam Bukhari no. 3115 &Imam Muslim no. 2994 dari Abu Hurairah
Ketika membaca hadits yang kedua, saya sempat bertanya-tanya : “Bukankah di Bulan Ramadhan orang-orang tetap saja menguap? Dan bukankah menguap itu dari setan? Lantas, apakah setan-setan tersebut ada yang bebas berkeliaran di bulan Ramadhan”.
Untuk mendapatkan jawaban dari dua hadits yang secara dzohir bertentangan, saya mencoba bertanya kepada santri senior Sayyidi Syeikh Muhammad Ba’athiyah. Dan, ternyata Sayyidi Syeikh pernah menjawab pertanyaan ini sebelumnya, yaitu :
“Tidak semua setan itu dibelenggu di Bulan Ramadhan, hanya pembesar-pembesarnya saja yang dibelenggu. Bahkah Qorin yang selalu menemani manusia juga tidak dibelenggu”.Beliau menambahkan bahwa Qorin itumerupakan salah satu jenis setan.
Setelah itu saya mencoba membuka kitab-kitab SyarahHadits di Perpustakan Imam Shafie College untuk mengecek apa komentar para Ulama tentang hadits “Setan dibelenggu di Bulan Ramadhan”. Berikut hasil penelusuran saya :
Al-Hafidz Abul‘Ula Muhammad Abdurrahman Al-Mubarakfuri mengomentari Hadits tentang dibelenggunya setan pada Bulan Ramadhan yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi sebaga iberikut :
“وقيل الحكمة في تقييد الشياطين وتصفيدهم كيلا يوسوسوا في الصائمين.وأمارة ذلك تنزه أكثر المنهمكين في الطغيان عن المعاصي ورجوعهم بالتوبة إلى الله تعالى. وأما ما يوجد خلاف ذلك في بعضهم فإنها تأثيرات من تسويلات الشياطين أغرقت في عمق تلك النفوس الشريرة وباضت في رؤوسها. وقيل قد خص من عموم صفدت الشياطين زعيم زمرتهم وصاحب دعوتهم لكان الإنظار الذي سأله من الله فأجيب إليه فيقع ما يقع من المعاصي بتسويله وإغوائه.ويمكن أن يكون التقييد كناية عن ضعفهم في الإغواء والإضلال كذا في المرقاة. قال الحافظ في الفتح. قال عياض.يحتمل أنه على ظاهره وحقيقته وأن ذلك كله علامة للملائكة لدخول الشهر وتعظيم حرمته ولمنع الشياطين من أذى المؤمنين, ويحتمل أنيكون إشارة إلى كثرة الثواب والعفو وأن الشياطين يقل إغوائهم فيصيرون كالمصفدين. قال ويؤيد هذا الاحتمال الثاني قوله في رواية عند مسلم. فتحت أبواب الرحمة, قال ويحتمل أن يكون فتح الجنة عبارة عما يفتحه الله لعباده من الطاعات وذلك أسباب لدخول الجنة, وغلق أبواب النار عبارة عن صرف الهمم عن المعاصي الايلة بأصحابها إلى النار. وتصفيد الشياطين عبارة عن تعجيزهم عن الإغواء وتزيين الشهوات. قال الزبير بن المنير : والأول أوجه ولا ضرورة تدعو إلى صرف اللفظ عن ظاهره. وأما الرواية التي فيها أبواب الرحمة وأبواب السماء فمن تصرف الرواة.والأصل أبواب الجنة بدليل ما يقابله وهو غلق أبواب النار قال الحافظ : وقال القرطبي بعد أن رجح حمله على ظاهره فإن قيل كيف نرى الشرور والمعاصي واقعة في رمضان كثيرا فلو صفدت الشياطين لم يقع ذلك, فالجواب أنها إنما تقل عن الصائمين الصوم الذي حوفظ على شروطه وروعيتادابه أو المصفد بعض الشياطين كما تقدم في بعض الروايات يعني رواية الترمذي والنسائي وهم المردة لاكلهم أو المقصود تقليل الشرور فيه.وهذا أمر محسوس فإن وقوع ذلك فيه أقل من غيره. إذ لا يلزم من تصفيد جميعهم أن لا يقع شر ولا معصية لأن لذلك أسبابا غير الشياطين كالنفوس الخبيثة والعادات القبيحة والشياطين الانسية انتهى.
“Disebutkan bahwa hikmah dari dibelenggunya para setan itu agar mereka tidak mengganggu orang-orang yang sedang berpuasa. Yaitu dengan berhentinya para pelaku kebejatan dari berbagai maksiat dan kembali bertaubat kepada Allah swt.
“Adapun kebalikan yang (kita) temukan pada sebagian orang (dengan bermaksiat di BulanRamadhan) itu merupakan dampak dari jeratan setan yang membekas di dalam Hawa Nafsu yang buruk.
“Ada pula yang mengatakan bahwasannya yang dimaksud dengan setan-setan yang dibelenggu itu hanya pembesar dan para pemimpinnya saja, sehingga permintaan (Iblis) kepada Allah untuk tetap hidup sampai Hari Kiamat itu terkabulkan, sehingga orang-orang (di BulanRamadhan) tetap saja ada yang terperosok dalam kemaksiatan.
“Mungkin juga yang dimaksud dengan belenggu hanyalah perumpamaan dari lemahnya godaan dan penyesatan setan sebagaimana disebutkan di Al-Marqot (Marqot Al-Mafatih Syarah Misykat Al-Mashobihkarya Mulla Ali Al-Qori).
“Al-Hafidz (IbnuHajar) menyebutkan dalam Fath Al-Bari, ‘Iyadh berkata :Mungkin yang dimaksud (dari hadits tersebut) adalah dzohirnya dan hakekatnya (yaitu setan dibelenggu), yaitu sebagai pertanda bagi para malaikat dengan masuknya Bulan Ramadhan, (sebagai pertanda dari) kemuliaannya dan tercegahnya para setan dari menggoda Kaum Mukminin. Mungkin juga (haditsini) sebagai isyarat akan banyaknya pahala dan ampunan serta sedikitnya gangguan setan, seolah-olah mereka itu seperti orang yang dibelenggu. Beliau (‘Iyadh) berkata : Dan yang menguatkan kemungkinan yang kedua adalah sabda Nabi dalam riwayat Imam Muslim yaitu : “Pintu-pintu rahmat dibuka”.
“Beliau berkata :Mungkin juga yang dimaksud dengan dibukanya pintu surge adalah permisalan dari apa yang Allah bukakan untuk para hamba Nya untuk berbuat ketaatan yang merupakan sebab untuk masuk surga. Dan ditutupnya pintu neraka sebagai perumpamaan dari dijauhkannya keinginan dari bermaksiat yang mengantarkan pelakunya keneraka. Sedangkan dibelenggunya setan adalah ibarat dari melemahnya godaan dan jeraratan mereka dan tipu daya syahwat.
“Az-Zubair Bin Al-Munir berkata : kemungkinan yang pertama itu lebih kuat dan tak ada perlunya untuk memalingkan teks hadits dari dzohirnya. Adapun riwayat yang menyebutkan “Dibukanya pintu rahmat”, itu merupakan perubahan para perowi. Sedangkan yang asli adalah dengan redaksi “Pintu Surga”, dengan dalil teks berikutnya yaitu “Ditutupnya pintu neraka”.
“Al-Hafidz (IbnuHajar) berkata : Imam Al-Qurthubi berkomentar setelah menguatkan pendapat yang menyatakan makna dzohirnya (yaitu setan benar-benar dibelenggu) : “Apabila dikatakan bagaimana (bisa) kita melihat keburukan dan maksiat terjadi di Bulan Ramadhan dengan begitu banyaknya, andai kata para setan dibelenggu tentunya tak akan terjadi semua itu?”, maka jawabannya adalah : kemaksiatan dan keburukan itu terminimalisir dari orang-orang yang berpuasa bilamana puasanya itu menjaga syarat-syaratnya serta memperhatikan adab-adabnya, atau yang dibelenggu itu hanya sebagian setan sebagaimana disebutkan di sebagian riwayat, yaitu riwayat Imam Tirmidzi dan Imam Nasai, yaitu (yang dibelenggu adalah) para pembesar setan bukan keseluruhannya. Atau (mungkin) yang dimaksud adalah berkurangnya keburukan di Bulan Ramadhan.
“Inilah hal yang (benar-benar) kita saksikan, karena (benar adanya bahwa) kemaksiatan di Bulan Ramadhan itu lebih sedikit dibandingkan pada bulan lainnya. Sebab bukan berarti dengan dibelenggunya seluruh setan tidak akan terjadi keburukan dan kemaksiatan. Karena keburukan dan kemaksiatan itu mempunyai penyebab lain selain setan seperti Hawa Nafsu yang buruk, kebiasan yang buruk serta setan-setan dari manusia. Selesai”.
Disadur dari Tuhfat Al-Ahwadzi Syarh Jami’ At-Tirmidzi Juz.3 Hal.242-243. Karya Al-Imam Al-Hafidz Abu Al-‘Ula Muhammad Abdurrahman Bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri. Cet. 1, Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut – Lebanon. Th. 2005-1426 H.
Ditulis di Mukalla, 15 Ramadhan 1438 H – 10 Juni 2017.
Oleh : Imam Abdullah El-Rashied
Sumber : http://nafashadhramaut.com/2017/06/10/benarkah-semua-setan-dibelenggu-di-bulan-ramadhan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar