Oleh : Ust.Muhammad Anis
Matta, Lc
Kulitnya hitam. Wajahnya
jelek. Usianya tua. Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja
ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak
ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada
tekatnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu.
Apapun resikonya.
Suatu saat perempuan itu
berkata padanya, " Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini
untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah
menikah dan menjadi seorang istri." Tapi lelaki itu malah menjawab, "
Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu. Aku takkan menikah lagi."
Semua orang terheran-heran.
Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka kemudian
dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa.
Bertahun-tahun kemudian orang-orang menanyakan rahasia ini kepadanya. Lelaki
itu menjawab enteng, " Aku memutuskan untuk mencintainya. Aku berusaha
melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa
ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan
wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang
melupakan aku pada fisik."
Begitulah cinta ketika ia
terurai jadi laku. Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati,
terkembang dalam kata, terurai dalam laku. Kalau hanya berhenti dalam hati, itu
cinta yang lemah dan tidak berdaya. Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta
yang disertai kepalsuan dan tidak nyata. Kalau cinta sudah terurai jadi laku,
cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tegak
dalam kata, buahnya menjumbai dalam laku. Persis seperti iman, terpatri dalam
hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.
Semakin dalam kita merenungi
makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta kuat ketika ia
datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari
pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada
orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.
Rahasia dari sebuah hubungan
yang sukses bertahan dalam waktu lama adalah pembuktian cinta terus menerus. Yang
dilakukan para pencinta sejati disini adalah memberi tanpa henti. Hubungan
bertahan lama bukan karena perasaan cinta yang bersemi dalam hati, tapi karena
kebaikan tiada henti yang dihasilkan oleh perasaan cinta itu. Seperti lelaki
itu, yang terus membahagiakan istrinya, begitu ia memutuskan untuk
mencintainya. Dan istrinya, yang terus menerus melahirkan kebajikan dari cinta
tanpa henti. Cinta yang tidak terurai jadi laku adalah jawaban atas angka-angka
perceraian yang semakin menganga lebar dalam masyarakat kita.
Tidak mudah memang menemukan
cinta yang ini. Tapi harus begitulah cinta, seperti kata Imam Syafii;
Kalau sudah pasti ada cinta
di sisimu
Semua kan jadi enteng
Dan semua yang ada di atas
tanah
Hanyalah tanah jua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar